BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Guna mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, berbagai upaya dilakukan baik yang
berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan maupun yang berhubungan dengan
profesionalisme petugas kesehatan. Tenaga-tenaga kesehatan yang handal dapat
memikirkan kegiatan-kegiatan inovatif ditengah-tengah masyarakat dalam
memberdayakan kehidupannya dalam hal kesehatannya agar mereka dapat hidup
secara produktif dan menamkan nilai-nilai hidup sehat.
Upaya mempersiapkan calon-calon
tenaga kesehatan yang professional terutama dalam bidang promotif dan preventif
adalah dengan mendesain kurikulum yang mengarahkan peserta didik untuk dapat
memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat untuk
selanjutnya melakukan pengembangan program intervnsi menuju perubahan
masyarakat yang diinginkan. Bentuk konkrit dari upaya tersebut adalah
dilakukannya Pengalaman Belajar Lapangan (PBL).
Pengalaman Belajar Lapangan
adalah salah satu bentuk pengajaran kepada mahasiswa, di samping Pengalaman
Belajar Ceramah (PBC), Pengalaman Belajar Praktikum (PBP) dan Pengalaman
Belajar Diskusi (PBD). Rangkaian berbagai bentuk pengalaman belajar harus
memungkinkan dapat ditumbuhkan dan dibinahnya sikap dan kemampuan pada peserta
didik sesuai tujuan pendidikan yang dirumuskan.
Desa Boro-Boro L merupakan daerah yang derajat kesehatan masyarakatnya masih sangat perlu
diadakan pemberdayaan kehidupannya dalam hal ini kesehatannya agar
masyarakatnya dapat hidup secara lebih produktif dan lebih menanamkan
nilai-nilai hidup sehat sehingga tercipta keseimbangan dan terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang lebih baik dan optimal, maka mahasiswa Universitas Haluoleo Program Studi Kesehatan Masyarakat Kelas Sore melakukan PBL di daerah ini.
1.2
Maksud dan Tujuan PBL I
Adapun maksud dari kegiatan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan diagnosis kesehatan komunitas
yang intinya mengenali, merumuskan dan menyusun prioritas masalah kesehatan
masyarakat.
2.
Mengembangkan program
penanganan masalah kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif.
3 Bertindak sebagai manager madya yang dapat
berfungsi sebagai perencana, pengelola, pendidik dan peneliti.
4 Melakukan pendekatan masyarakat.
5. Bekerja dalam tim multidisipliner.
Adapun tujuan dari kegiatan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) adalah sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan umum:
a. Memahami dan mengembangkan kemampuan
profesi kesehatan masyarakat yang berorientasi kesehatan bangsa,
b. Meningkatkan kemampuan dasar profesional
dalam mengembangkan dan kebijakan kesehatan,
c.
Menambahkan dan mengembangkan
kemampuan mendekati problematika kesehatan masyarakat secara holistic dan
d.
Meningkatkan kemampuan profesi
kesehatan masyarakat, menangani permasalahan khusus kesehatan masyarakat.
1.2.2 Tujuan khusus:
a.
Mengenal dan memahami stuktur
masyarakat serta organisasinya,
b. Mengenal karakteristik serta norma-norma
dalam masyarakat dan lingkungannya,
c. Dapat mengidentifikasi masalaha, hasil
dari kegiatan pengumpulan data dasar dan data sekunder,
d. Bekerja sama secara tim dalam berbagai
kegiatan kelompok
e. Bersama-sama dengan masyarakat menentukan
permasalahan kesehatan setempat dan
f. Membuat laporan PBL I untuk memberikan
gambaran kongkret pelaksanaan PBL I dan mengetahui arah perencanan program PBL
II.
1.3 Manfaat PBL I
Adapun manfaat dari kegiatan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL I) adalah sebagai berikut:
1.3.1
Bagi mahasiswa:
a.
Mahasiswa
mampu mengenali dan memahami serta menganalisis situasi di lokasi PBL.
b.
Mahasiswa
mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat.
1.3.2
Bagi instansi dan masyarakat:
a.
Dapat
mengetahui masalah-masalah kesehatan yang ada dalam lingkungan.
b.
Dapat
mengetahui dan menyadari perileku kesehatan yang kurang baik yang berkembang
dalam masyarakat sehingga dapat melakukan perubahan-perubahan perilaku.
1.3.3
Bagi Dunia Ilmu dan Pengetahuan
Memberikan tambahan
wawasan dan pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kesadaran setiap pembaca
dalam penigkatan derajat kesehatan.
1.4
Metode Pengumpulan Data
Data dalam laporan praktek belajar lapangan ini diperoleh dari wawancara
langsung pada masyarakat Desa Boro – Boro Lameuru Kec. Ranomeeto Barat.
1.5
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan PBL I
adalah masyarakat Desa Boro – Boro Lameuru Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun
IV.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
2.1
Geografis
2.1.1
Luas Daerah
Desa Boro-Boro Lameuru terletak di Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe selatan yang merupakan salah-satu
desa yang ada di Kecamatan Ranomeeto
Barat. Desa Boro-Boro L berjarak ± 25 Km dari Kota Kendari dan ± 3 Km dari Kecamatan. Luas wilayah Desa Boro-Boro L ± 954,40 Ha. Desa Boro – Boro Lameuru dapat
dijangkau oleh kendaraan roda dua dan roda empat.
2.1.2
Batas Wilayah
Adapun batas-batas wilayah Desa Boro-Boro
L adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tunduno
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Laikandonga
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Laloumera
4.
Sebelah Timur berbatasan dengan
Desa Opaasi
2.1.3
Keadaan Geografis
Keadaan iklim di Desa Boro Boro Lameuru terdiri
dari musim hujan, kemarau dan musim pancaroba. Musim Hujan Biasanya terjadi
antara bulan Januari s/d bulan Juli, musim kemarau terjadi antara bulan Juli
s/d November, dan musim pancaroba antara bulan Mei s/d Agustus.
2.2 Demografi
2.2.1
Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk Desa Boro-Boro L tahun 2010 sebanyak 501 jiwa dengan jumlah 129 Kepala Keluarga (KK).
Tabel 1
Data Distribusi Penduduk
berdasarkan Jenis Kelamin
di Desa Boro-Boro
L Kecamatan Ranomeeto Barat tahun 2010
No.
|
Jenis Kelamin
|
Jumlah (n)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Laki-Laki
|
256
|
51,09 %
|
2.
|
Perempuan
|
245
|
48.91 %
|
Jumlah
|
501
|
100 %
|
Sumber: data Sekunder
Berdasarkan
pada tabel 1 dan grafik 1 diatas, data distribusi penduduk berdasarkan
jenis kelamin di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat pada
tahun 2010, dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 256 jiwa, sedangkan penduduk perempuan adalah sebanyak 245 jiwa.
Jadi, jumlah
penduduk di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat pada
tahun 2010 sebanyak 501 jiwa, yang terdiri dari
IV dusun dan 129 Kepala Keluarga (KK).
2.3 Sosial
Ekonomi
2.3.1
Agama
Masyarakat Desa Boro – Boro Lameuru mayoritas
penganut agama islam.
2.3.2
Kebudayaan
Masyarakat Desa Boro – Boro Lameuru Kec. Ranomeeto
Barat memiliki kebudayaan yang beragam. Sebagian besar didominasi oleh
kebudayaan Tolaki, Bugis, Buton, Muna, Makassar, Jawa dan sebagainya.
2.3.3
Pekerjaan
Dari KK di Desa Boro – Boro Lameuru Kec. Ranomeeto
Barat maka sebagian besar mata pencaharian sebagai Petani yang terbesar
keduanya adalah wiraswasta. Unutk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel
berikut :
Tabel 2
Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan di Desa Boro
– Boro Lameuru
Kecamatan Ranomeeto Barat
No.
|
Pekerjaan
|
Jumlah
|
%
|
1.
|
Petani
|
37
|
39,8
|
2.
|
Wiraswasta
|
21
|
22,6
|
3.
|
PNS
|
5
|
5,4
|
4.
|
Penambang pasir
|
28
|
30,1
|
5
|
Pensiun
|
2
|
2,2
|
Total
|
93
|
1000
|
Sumber : Data Primer
Dari tabel di atas
menunjukan bahwa persentase tertinggi dari jenis mata pencaharian Kepala
Keluarga di Desa Boro – Boro Lameuru adalah Petani sebesar 39,8% dan terendah persentasenya adalah PNS sebesar
5% dan Pensiun sebesar 2%.
2.4 Status Kesehatan
Masyarakat
Status kesehatan masyarakat ditentukan oleh
beberapa indikator antara lain :
1.
IMR
Tingkat
kematian bayi menurut rumus :
IMR =
x 1000
IMR
=
x 1000
IMR
=11 baik/1000 penduduk
Menurut data tahun 2011,dari kelahiran
bayi Desa Boro-Boro L terdapat bayi yang meniggal.sehingga kematian bayi (IMR)
di Desa Boro0-Boro L dapat di ketahui sebesar 11. Ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 di Desa Boro-Boro L
tiap 1000 kelahiran terdapat 11 bayi yang meniggal.
2.
MMR
Sedangkan untuk maternal mortaliti rate
(MMR) tidak di temukan di Desa Boro-Boro Lameuru,karena tidak terdapat ibu yang
meniggal disebabkan karena kehamilan dan melahirkan. Untuk MMR dapat di gunakan
rumus Sebagai berikut:
MMR =
3.
CFR
Untuk segi Cost Fertility Rate (CFR) di
Boro-Boro Lameuru di temukan sebanyak 2 penyakit yang menyebabkan kematian
diantaranya adalah penyakit diare dan hipertensi untuk penyakit diare dari 93
KK yang beresiko terkena penyakit, orang yang meninggal karena diare adalah 1
orang dengan rumus :
CFR =
=
= 11
orang / 1000 penduduk
Sedangkan untuk penyakit hipertensi,
dari 93 KK yang beresiko terkena penyakit hipertensi, yang meninggal adalah dua
orang dengan rumus :
CFR =
=
= 21 orang / 1000 penduduk
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1
Hasil
Praktek belajar lapangan I (PBL I) ini dilaksanakan di
Desa Boro- Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat Kabupaten Konawe Selatan, mulai tanggal 15
Juni 2011 sampai dengan 27 Juni 2011.
Adapun kegiatan-kegiatan yang kami
laksanakan adalah:
a.
Kunjungan ke instansi
pemerintah dan instansi kesehatan (Puskesmas Kecamatan
Ranomeeto Barat). Kunjungan dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 sampai dengan tanggal 21 Juni 2011. Tujuan dari
kunjungan ini adalah untuk mencari informasi mengenai data sekunder baik yang
ada di kantor kecamatan Ranomeeto Barat
maupun data yang tersedia di Puskesmas Kecamatan.
Data-data yang diperoleh di kantor kecamatan berupa data demografi,
keadaan geografis, kehidupan sosial ekonomi termasuk jenis-jenis kegiatan yang
diselengggarakan seperti kegiatan PKK.
Sedangkan data yang kami dapatkan di puskesmas Kecamatan Ranomeeto Barat
ialah data tentang indikator status kesehatan seperti masalah fasilitas
kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, program imunisasi, dan cakupan tentang KB
dan KIA.
b.
Sosialisasi dengan masyarakat (Door To Door)Sosialisasi dengan masyarakat
dilakukan pada tiap lingkungan Desa
Boro-Boro L.
Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 16 Juni sampai dengan tanggal 19 Juni 2011. Tujuan sosialisasi ini ialah untuk menjalin
tali silaturahmi dengan warga masyarakat, sehingga dalam kegiatan PBL I ini
tujuan yang diharapkan bersama dapat tercapai dengan baik.
b.
Pengambilan data primer (data
masalah kesehatan yang diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan
masyarakat).Pengambilan data primer ini, kami lakukan mulai tanggal 16 Juni 2011 sampai dengan
19 Juni 2011. Jumlah responden yang
berhasil kami wawancara sebanyak 93 KK yang tersebar di masing-masing lingkungan di Dusun 01 sampai
Dusun 04.
c.
Penentuan prioritas masalah
Agenda ini adalah bentuk sosialisasi atau pertemuan langsung dengan
tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, instansi pemerintah termasuk unsur Lembaga
LPM (Lembaga Pengembangan masyarakat), terkhusus pihak instansi kesehatan itu
sendiri dalam hal ini pihak puskesmas Ranomeeto Barat. Sosialisasi dengan agenda penentuan prioritas
masalah kesehatan ini, dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 25 Juni 2011.
Adapun hasil pertemuan ini, menetapkan bahwa masalah Air Bersih Dan SPAL ialah
masalah yang paling diprioritaskan oleh masyarakat Desa Boro-Boro L.
d.
POA (Planning Of Action)
Program ini merupakan bentuk dari perencanaan intervensi yang akan
dilakukan berdasarkan prioritas masalah kesehatan yang telah ditentukan bersama
oleh masyarakat. Program ini menunjukkan, tahapan-tahapan pelaksanaan mulai
dari awal perencanaan meliputi tujuan dari kegiatan/program yang akan
diintervensi, sampai kepada tindakan prosedur evaluasi.
Hasi-hasil pendataan yang kami
peroleh dilapangan adalah sebagai berikut :
3.1.1 Data
Sekunder
1.
Cakupan Imunisasi
Adapun
cakupan Imunisasi di Puskesmas Ranomeeto Barat yaitu sebagai berikut :
Tabel 3
Cakupan Imunisasi di Puskesmas Ranometo Barat
Sumber :
Data Sekunder
Tabel 3 di atas
menggambarkan klengkapan imunisasi Puskesmas Ranomeeto Barat. Imunisasi BCG
sasaran 171, target 100% dengan angka cakupan 185 (108%). DPT-HB1 sasaran 171,
target 100% dengan angka cakupan 201 (117). DPT-HB3 sasaran 171, target 100%
dengan angka cakupan 195 (114%). Campak sasaran 171,target 100% dengan cakupan
154 (90%). TT lengkap Ibu Hamil sasaran 188, target 100%, dengan angka cakupan
121 (64%).
2.
Sepuluh (10) Pola Penyakit Terbesar
Tabel 4
Sepuluh Penyakit Utama di Puskesmas
Kec. Ranomeeto Barat
Tahun 2010
Sumber :
Data Sekunder
Berdasarkan
tabel di atas yang menunjukan 10 penyakit terbesar di Puskesmas Kec. Ranomeeto
Barat memberikan gambaran bahwa penyakit ISPA menduduki peringkat tertionggi
dari 10 penyakit utama sedangkan pneumonia merupakan penyakit yang memiliki
frekuensi terndah
3.
Cakupan Program Gizi Tahun 2010
Tabel 5
Tingkat Pencapaian SKDN
Puskesmas Kec. Ranomeeto Barat Tahun 2010
Sumber :
Data Sekunder
4.
Data Tenaga Kesehatan
Jumlah
tenaga kerja yang ada di Puskesamas Kec. Ranomeeto Barat sebanyak 28 orang PNS,
4 orang PTT dan 6 orang tenaga sukarela yang terdiri dari :
a.
Tenaga Medis
b.
Tenaga
Paramedis
c.
Tenaga Medis
non-Perawat
d.
Tenaga
administrasi dan lain-lain
Tabel 6
Data
Pegawai Menurut Jenis Pendidikan
dan
Jenis Kepegawaian Puskesmas Kec. Lameuru Tahun 2010
No
|
Jenis Pendidikan
|
PNS
|
PTT
|
Sukarela
|
JML
|
Ket
|
1.
|
Dokter Umum
|
1
|
-
|
-
|
1
|
|
2.
|
Sarjana Kesehatan Masyarakat
|
7
|
-
|
-
|
7
|
|
3.
|
D3 Keperawatan
|
5
|
-
|
4
|
9
|
|
4.
|
D3 Kebidanan
|
2
|
3
|
-
|
5
|
|
5.
|
D3 Gizi
|
1
|
-
|
-
|
1
|
|
6.
|
D3 Kesehatan Lingkungan
|
1
|
-
|
-
|
1
|
|
7.
|
D3 Farmasi
|
-
|
-
|
1
|
1
|
|
8.
|
D1 Bidan
|
4
|
1
|
-
|
5
|
|
9.
|
D1 Gizi
|
1
|
-
|
-
|
1
|
|
10.
|
SPK
|
5
|
-
|
-
|
5
|
|
11.
|
SMU
|
1
|
-
|
-
|
1
|
|
12.
|
Asisten Perawat
|
-
|
-
|
1
|
1
|
|
Jumlah
|
28
|
4
|
6
|
38
|
Sumber : Data Sekunder
Sesuai
dengan tabel di atas untuk jenis kepegawaian PNS terbanyak adalah dari
pendidikan SKM, unutk jenis kepegawaian PTT terbanyak adalah D-3 kebidanan,
unutk sukarela terbanyak adalah D-3 Keperawatan.
3.1.2
Data Primer
1.
Karateristik Responden
a.
Umur
Tabel 7
Distribusi Kelompok Umur berdasarkan Jumlah KK
di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat tahun 2011
Kelompok Umur
|
(n)
|
(%)
|
20-24
|
7
|
7,5
|
25-29
|
13
|
14,0
|
30-34
|
16
|
17,2
|
35-39
|
17
|
18,3
|
40-44
|
6
|
6,5
|
45-49
|
11
|
11,8
|
50-54
|
9
|
9,7
|
55-59
|
9
|
9,7
|
60-64
|
3
|
3,2
|
65-69
|
1
|
1,1
|
70-74
|
1
|
1,1
|
Total
|
93
|
100
|
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 11 diatas tentang Distribusi Kelompok Umur Berdasarkan KK di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat tahun 2011, dapat diketahui
tingkatan umur dari 21-26 tahun 7 KK (7,5%), 26-31 tahun adalah 13 KK (14,0%), 31-36 tahun adalah 16 KK (17,2%), 36-41 tahun adalah 17 KK (18,3%) 41-46 tahun adalah 6 KK (6,5%), 46-51 tahun adalah 11 KK (11,8%), 51-56 tahun adalah 9 KK (9,7%) 56-61 tahun adalah 9 KK (9,7%), 61-66 tahun adalah 3 KK dan >70 tahun
keatas adalah 2 KK (2,2%) dari 93 KK secara keseluruhan.
b. Pendidikan
Tabel 8
Distribusi Penduduk berdasarkan Tingkat
Pendidikan
di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat Tahun 2011
|
Sumber: Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 7 dan grafik 6 diatas diketahui tingkat pendidikan di
Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat Tahun 2011, terdapat 3 orang yang tidak sekolah,
29 orang yang tamatan SD, 31 orang yang tamatan SMP, 22 orang yang tamatan SMA, 8 orang yang perguruan tinggi.
c.
Tingkat Pendapatan
Tabel 9
Distribusi Kepala Keluarga per dusun
berdasarkan Tingkat Pendapatan
di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto
Barat Tahun 2011
Jumlah pendapatan
|
Alamat
|
Total
|
||||||||
Dusun I, Desa Boro-Boro L
|
Dusun II, Desa Boro-Boro L
|
Dusun III, Desa Boro-Boro L
|
Dusun IV, Desa Boro-Boro L
|
|||||||
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Tidak menentu
|
16
|
66.7
|
1
|
4.3
|
20
|
80.0
|
12
|
60.0
|
49
|
53.3
|
< Rp. 500.00
|
1
|
4.2
|
8
|
34.8
|
1
|
4.0
|
4
|
20.0
|
14
|
15.2
|
< Rp. 1.000.000
|
0
|
0
|
8
|
34.8
|
1
|
4.0
|
1
|
5.0
|
10
|
10.9
|
> Rp. 1.000.000
|
5
|
20.8
|
2
|
8.7
|
1
|
4.0
|
1
|
5.0
|
9
|
9.8
|
< Rp. 2.000.000
|
1
|
4.2
|
0
|
0
|
1
|
4.0
|
0
|
0
|
2
|
2.2
|
> Rp. 2.000.000
|
1
|
4.2
|
4
|
17.4
|
1
|
4.0
|
2
|
10.0
|
8
|
8.7
|
Total
|
24
|
100
|
23
|
100
|
25
|
100
|
20
|
100
|
92
|
100%
|
Sumber: Data Primer
Berdasarkan
pada tabel 5 dan grafik 5 diatas diketahui
tingkat pendapatan di Desa Boro-Boro
L Kecamatan Ranomeeto Barat Tahun 2011, untuk tingkat pendapatan Tidak menentu adalah 49 KK, untuk tingkat pendapatan <Rp.500.000 adalah 14 KK, untuk pendapatan >1.000.000 adalah 9 KK, untuk pendapatan <Rp.
2.000.000 2 KK, dan untuk pendapatan > Rp. 2.000.000 8 KK.
d.
Jenis Kelamin
Tabel 10
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Desa Boro-Boro Lameuru Kecamatan Ranomeeto
Barat
Tahun 2011
No
|
Jenis Kelamin
|
n
|
%
|
1
|
Laki-laki
|
71
|
76,3
|
2
|
Perempuan
|
22
|
23,7
|
Jumlah
|
93
|
100
|
Tabel 9
menggambarkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, diperoleh data
yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 71 orang (76,3%), sedangkan jenis
Kelamin perempuan berjumlah 22 orang (23,7%).
2.
Data Keluarga
a.
Diagnosa Penyakit
Tabel 11
Distribusi Penduduk Per
Dusun berdasarkan Diagnosa
Penyakit
di Desa Boro-Boro
L Kecamatan Ranomeeto Barat Tahun 2011
Diagnosa Penyakit
|
Alamat
|
Total
|
|||||||
Dusun I, Desa Boro-Boro L
|
Dusun II, Desa Boro-Boro L
|
Dusun III, Desa Boro-Boro L
|
Dusun IV, Desa Boro-Boro L
|
||||||
n
|
%
|
n %
|
n
|
%
|
n
|
%
|
n
|
%
|
|
Diare
|
0
|
0%
|
1
100%
|
0
|
0%
|
0
|
0
|
1
|
16.7
|
Hipertensi
|
0
|
0%
|
0 0 %
|
0
|
0%
|
2
|
66.7
|
2
|
33.3
|
Lever
|
0
|
0%
|
0 0%
|
1
|
50%
|
0
|
0
|
1
|
16.7
|
Ginjal
|
0
|
0%
|
0 0%
|
1
|
50%
|
0
|
0
|
1
|
16.7
|
Beri-beri
|
0
|
0%
|
0 0%
|
0
|
0%
|
1
|
33.3
|
1
|
16.7
|
Total
|
0
|
0%
|
1 100%
|
2
|
100%
|
3
|
100
|
6
|
100
|
Sumber: Data Primer
Berdasarkan
data pada tabel 7 dan grafik 7 diatas diketahui
penyakit yang diderita oleh masyarakat di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat Tahun 2011, terdapat 1 orang yang menderita penyakit Diare, 2 orang yang menderita
penyakit Hipertensi, 1 orang yang menderita
penyakit Lever, 1 orang yang menderita penyakit Ginjal, 1 orang yang menderita penyakit Beri-Beri.
b.
Temapat Berobat
Tabel 12
Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat di
Desa Boro-Boro Lameuru Kec.Ranomeeto Barat Tahun 2011
No
|
Tempat Berobat
|
n
|
%
|
1
|
Rumah
Sakit
|
4
|
4,3
|
2
|
Puskesmas
|
22
|
23,7
|
3
|
Praktek
Swasta
|
2
|
2,2
|
4
|
Dukun
|
2
|
2,2
|
5
|
Dokter
|
1
|
1,1
|
6
|
Tidak
Ada
|
62
|
33,3
|
Jumlah
|
93
|
100
|
Tabel 11 Menggambarkan distribusi responden berdasarkan pertolongan jika
sakit, sebanyak 4 (4,3%) KK memilih Rumah Sakit, 22 KK (23,7%) memilih
Puskesmas, 2 KK (2,2%) memilih praktek swasta, 2 KK (2,2%) memilih dukun, 1 KK
(1,1%) memilih Dokter, dan tidak ada sama sekali 62 KK (33,3).
3.
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
a.
Tempat Pembuangan Tinja Manusia
Tabel 13
Distribusi Tempat Pembuangan Tinja Manusia
berdasarkan
jumlah KK di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat Tahun 2011
Tempat
pembuangan tinja
|
(n)
|
(%)
|
Pekarangan kebun
|
12
|
23.5
|
Tetangga
|
3
|
5.9
|
Sungai
|
8
|
15.7
|
WC Umum (PNPM)
|
28
|
54.9
|
Total
|
51
|
100%
|
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui pembuangan tinja manusia yang ada di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat Tahun 2011 adalah
yang BAB di pekarangan/Kebun adalah 12 KK, yang BAB di tetangga adalah 3 KK,
yang BAB di sungai adalah 8 KK, yang BAB di WC umum (PNPM) adalah 28 KK.
b.
Tempat Pembuangan
Sampah Sementara
Tabel 14
Distribusi Tempat Pembuangan Sampah Sementara
berdasarkan jumlah KK di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat Tahun 2011
Tempat
pembuangan sampah sementara
|
(n)
|
(%)
|
Dibuang dipekarangan
|
19
|
20.4
|
Dibakar
|
59
|
63.4
|
Ditimbun pada lubang
|
6
|
6.5
|
Sungai
|
9
|
9.7
|
Total
|
93
|
100%
|
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa tempat pembuangan sampah sementara di Desa
Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat tahun 2011, terdapat 19 KK yang membuang sampah di
pekarangan (20,4%), 59 KK yang sampah dibakar (63,4%), 6 KK yang membuang sampah ditimbun pada lubang (6,5%). Dan 9 KK yang sampahnya
dibuang di sungai (9,7%).
c.
Tingkat Pemanfaatan SPAL Khusus
Distribusi Pemanfaatan SPAL Khusus Berdasarkan
Jumlah KK di Desa Boro-Boro L Kec. Ranomeeto
Barat Tahun 2011 yaitu yang memiliki sarana SPAL khusus
dan memenuhi syarat adalah 1 rumah (1,1%) dan yang memiliki sarana SPAL khusus yang tidak
memenuhi syarat adalah 92 rumah (98,9%)
3.2 Pembahasan
3.2.1 Demografi
Berdasarkan hasil
pendataan dan observasi yang dilakukan ± 1 minggu maka diperoleh data 93 KK
dari 8 RT, namun jumlah kepala keluarga
berdasarkan data sekunder yang diperoleh sebanyak 171 KK dengan jumlah penduduk
356. Adanya perbedaan antara hasil data pendataan dan observasi langsung dengan
data sekunder disebabkan karena pada waktu kami melakukan pendataan ada
sebagian masyarakat yang melakukan aktivias. Disebabkan karena mata
pencahariannya masyarakat berbeda-beda, ada petani, penambang pasir dan lain sebagainya.
Masyarakat Desa
Boro-Boro L umumnya beragama islam dengan suku mayoritas Tolaki, Makassar, Muna
dan Buton. Dengan mata pencaharian utama sebagai Petani dan pendidikan terakhir
warga rata-rata SD, SMP dan SMA.
.
3.2.2 Ketersediaan Sarana Air Bersih
Masalah penyediaan
Air bersih, hal ini dibuktikan melalui observasi bahwa secara fisik Air ini
berwarna dan bekapur, sedangkan secara kimia Air tersebut berasa seperti
belerang atau zat besi. Menurut Amsari
:165, menjelaskan bahwa Air minum yang masuk kedalam tubuh manusia itu selain
perlu cukup jumlahnya, juga harus sesuai dengan proses kebutuhan hayati. Sebagaimana kita ketahui bahwa lebih dari 70%
tubuh terdiri dari air dan lebih dari 90 %
proses Bio-kimiawi tubuh memerlukan air sebagai mediumnya. Bila air minum manusia itu berkulalitas tidak
baik, maka jelas akan mengganggu proses bio-kimiawi tubuh dan mengakibatkan
gangguan fungsionalnya. Adapun keempat
persyaratan pokok dari air yang berkualitas baik yakni, persyaratan biologis,
fisik, kimiawi, dan radiologis. Persyaratan biologis berarti air minum itu,
tidak boleh mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh
manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi
dalam empat group, yakni parasit speti
Amoeba dan telur cacing; jamur; bakteri; seperti kuman tikus dan disentri, dan
virus seperti virus Hepatitis dan virus Diare. Keempat jenis mikroorganisme
itu, umumnya kendali air minum hanya dapat dilakukan terhadap kuman dan parasit
sehingga ssesunguhnya persyaratan air minum dari aspek biologis ini masih harus
di perketat lagi. Persyaratan fisik air
minum terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman,
suhu, kejernihan, warna dan bau. Aspek
fisik ini sesungguhnya, selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang
terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman juga penting untuk
menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi seperti
warna air dan bau. Air yang berubah warna dan bau memberi
indikasi bahwa air itu mengandung bahan biologis dan kimiawi yang dapat
mengganggu kesehatan.
Sumber air bersih
yang digunakan masyarakat berasal dari sumur gali yang terletak pada banyak
titik yaitu di dusun 01 sampai dusun 04 atau hampir di semua dusun memiliki
sumur gali (pribadi/PNPM). Dimana, air tersebut memiliki ciri-ciri fisik
diantaranya berwarna, berkapur, berbau
dan berasa sehingga tidak dapat digunakan sebagai air minum yang memenuhi
syarat kesehatan, dari sumber air berdasarkan keterangan masyarakat bahwa air
tersebut banyak mengandung zat kapur, dimana zat kapur tersebut berpotensi
untuk menimbulkan suatu penyakit. Sumber air yang berasal dari sumur gali
tersebut jika dilihat dari keadaan airnya dapat dikatakan belum memenuhi syarat
kesehatan.
3.2.3 Sarana dan Kualitas SPAL Khusus
Masalah Saluran
Pembuangan Air limbah (SPAL), terdapat fakta empirik bahwa cukup banyak rumah
penduduk yang memiliki SPAL akan tetapi tidak memenuhi syarat fungsi yang
sebenarnya. Contoh
: SPAL yang tersumbat, sehingga kotoran dari air limbah tidak dapat teralirkan
dengan baik.
Ada lima cara pembuangan air limbah
rumah tangga (Sullage), yaitu :Pembuangan umum melalui tempat penampungan air
limbah yang terletak di halaman, digunakan untuk menyiram tananman di kebun,
dibuang ke lapangan peresapan, dialirkan kesaluran terbuka, dialirkan ke
saluran tertutup atau selokan.
Masing-masing cara tersebut mempunyai implikasi kesehatan yang
berbeda-beda. Pembuangan melalui
tempat-tempat penampungan air limbah akan menimbulkan kemungkinan
perkembangbiakan serangga seperti Culex
pipiens. Disamping menyebabkan
berlumpur dan kondisi yang tidak sanitat karena dekat dengan sumur air
bersih. Seringkali halaman tersebut
digunakan untuk tempat bermain anak-anak, bahkan tidak jarang digunakan pula
untuk tempat buang air besar sehingga memungkinkan kondisi tersebut dapat
membuat telur cacing untuk tidak cepat matang sehingga potensi untuk menularkan
penyakit tetap besar (telur Nematoda
memerlukan lingkungan yang lembab untuk berkembang). Sebagai kesimpulan, air limbah rumah tangga
dapat di buang kedalam sistem selokan rumah sebagaimana terjadi pada ai limbah
pada umumnya, dan hal ini tidak menimbulkan masalah kesehatan yang khusus,
tentu saja pengolahan secara konvensional sebelum dibuang kebadan -badan air
atau digunakan kembali akan jauh lebih efektif.
Beban mikroorganisme dalam limbah rumah tangga akan menjadi kecil
sehingga pembuanhgan atau pembuangan kembali dapat dilakukan tanpa pengolahan
tersier (Kusnoputranto :7-8).
Pada saluran
pembuangan air limbah (SPAL) di Desa Boro-Boro L distribusi masyarakat untuk
tersedianya SPAL Rumah tangga dan SPAL lingkungan masih kurang, bahkan telah
ada yang memiliki SPAL akan tetapi belum memenuhi syarat kesehatan yang
semestinya. Sebagai contoh, SPAL yang
tersumbat pada musim penghujan. Adapun
masyararakat yang tidak memiliki SPAL, dengan alasan pengadaan SPAL sangat
mahal bahannya. Ada dengan alasan dan
ada pula dengan alasan lahan yang memang sudah begitu awalnya.. Sedangkan untuk
sarana tempat pembuangan tinja atau jamban keluarga, Ada kalanya masyarakat sudah memiliki, akan
tetapi juga tidak memenuhi syarat kesehatan.
Contoh, jamban keluarga yang sudah penuh atau rusak sehingga tidak dapat
digunakan lagi. membuang tinja ke semak-semak, dan pekarangan/ kebun. Selain
itu ada sebagian masyarakat yang memiliki WC khusus atau WC PNPM tetapi tidak terawat. Hanya sebagian kecil
masyarakat yang memiliki WC yang memenuhi persyaratan atau memiliki septiktank.
3.2.4 Tempat dan Kualitas Pembuangan Sampah
Demikian pula
halnya sarana tempat pembuangan sampah masyarakat lebih dominan membuang sampah
dengan cara di bakar, sehingga apabila tanah telah terkontaminasi oleh hasil
pembakaran sampah yang sifatx non-organik maka sampah tersebut dapat mencemari
tanah, contoh sampah plastik dan sejenisnya.
3.2.5
Penyakit Diare
a.
Defenisi
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari).
Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari).
b.
Cara Penularan Penyakit Diare
Infeksi oleh agen penyebab
terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan
penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar
dipergunakan untuk menyuap makanan.
c.
Gejala Penyakit Diare
Gejala
diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai :
1.
Muntah
2.
Badan lesu atau lemah
3.
Panas
4.
Tidak nafsu makan
5.
Darah dan
lendir dalam kotoranRasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang
disebabkan oleh infeksi virus.Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare,
muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu,
dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain
seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah
atau demam tinggi.
d.
Pencegahan Terjadinya Penyakit Diare
Untuk
menurunkan angka kejadian kematian akibat diare maka diperlukan upaya- upaya
pencegahan sebagai berikut:
1.
Menggunakan air bersih
2.
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
3.
Penggunaan jamban untuk pembuagan tinja
4.
Memberikan ASI
5.
Memperbaiki makanan pendamping ASI
6.
Memberikan imunisasi campak.
e.
Pengobatan Terhadap Penyakit Diare
Karena
bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara
mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi
dehidrasi. Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air
kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan buah, dan
larutan gula garam (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik
beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi
sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu
cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi
dengan elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolit yang ikut hilang bersama cairan
Gambar 1
Bakteri Penyakit Diare Adalah Escherichia Coli
Enteropatogenik
Gambar II
Bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik
yang menyerang usus manusia
.
3.2.6
Penyakit Hipertensi ( Darah Tinggi )
a.
Definisi
Tekanan Darah Tinggi
(hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.
b.
Gejala Penyakit Hipertensi
Pada sebagian besar
penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang di maksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
- sakit kepala
- kelelahan
- muntah
- gelisah
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
c.
Pencegahan Penyakit Hipertensi
Perubahan gaya hidup
bisa membantu mengendalikan tekanan darah tinggi yakni dengan cara :
1.
Olahraga dan memperhatikan berat badan normal.
2.
Makanan sehat, rendah lemak, kaya akan sumber vitamin dan mineral alami.
Gambar III
Kejadian Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Gambar IV
Pe ngukran tekanan darah
3.2.7
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang di praktikan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Perilaku merupakan suatu respon dari sesorang/organisme
terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima
·
Periaku
dipengaruhi oleh
-
Faktor
predisposisi à Pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai,
dan lain – lain.
-
Faktor
Pendukung à Ketersediaan sumber/ fasilitas
-
Faktor
Pendorong à Sikap dan Perilaku petugas
·
Dasar orang
berperilaku dipengaruhi oleh :
-
Nilai
-
Sikap
-
Pendidikan
-
Pengetahuan
·
Proses
berperilaku yang baik
-
Kesadaran
-
Tertarik
-
Uji coba
-
Evaluasi
-
Adopsi
3.3
Prioritas Masalah
Prioritas masalah merupakan cara unutk menjawab masalah yang dihadapi
dengan penentuan prioritas masalah tersebut. Penentuan prioritas masalah ini
merupakan proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode
tertentu untuk memecahkan urutan masalah dari yang paling penting samapi dengan
yang kurang penting.
Ada beberapa cara yang digunakan dalam teknik penentuan prioritas masalah
yaitu cara atau metode USG, CARL, HANSON dan metode lain, yang merupakan teknik
scoring. Dimana dalam metode ini digunakan dalam hal untuk memudahkan dalam
penetuan prioritas masalah. Untuk Desa Boro – Boro Lameuru menggunakan teknik
MCUA (Multi Criteria Utility Assesment).
MCUA adalah satu teknik atau metode yang digunakan unutk membantu tim dalam
pengambilan keputusan atas bebetapa alternatif. Alternatif dapat berupa masalah
pada langkah penentuan prioritas masalah atau pemecahan masalah pada langkah
penetapan prioritas pemecahan masalah sesuai kebutuhan, Kriteria adalah batasan
unutk menyaring alternatif masalah sesuai kebutuhan
Adapun urutan
Prioritas Masalah Yang telah di tentukan bersama oleh masyarakat Desa Boro-Boro L melalui
rapat sosialisasi pada hari Rabu, 25 Juni 2011 adalah :
1. Rendahnya Kualitas Air
2. Kurangnya Pemanfaatan SPAL
3. Kurangnya Tempat Pembuangan Sampah
4. Kurangnya ketersediaan Jamban Keluarga
Perlu diketahui
bahwa masalah kesehatan terbesar yang tejadi di Desa Boro-Boro L adalah masalah rendahnya TPS melalui hasil pendataan (data
primer) di peroleh cakupan angka 63,4%.
Akan tetapi, dalam penentuan prioritas masalah ketersediaan sarana air
bersih dan SPAL menjadi hal yang paling urgen pada Desa Boro-Boro L.
3.4 Faktor Pendukung dan
Penghambat
1.
Faktor Pendukung
Adapun faktor-faktor yang pendukung
terlaksananya kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1.
Adanya
bantuan berupa saran-saran dari dosen pembimbing dari jurusan kesmas Unhalu Kendari.
2.
Adanya
partisipasi aktif dan motivasi dari masyarakat setempat.
3.
Adanya
kerja sama dari Kepala Desa Boro-Boro
L beserta perangkatnya.
4.
Adanya
kekompakan antar sesama peserta PBL.
2.
Faktor Penghambat
Adapun
faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam kegiatan PBL ini adalah sebagai
berikut:
1.
Kesibukan warga dalam bekerja
membuat sulitnya pendataan.
2.
Adanya
perbedaan pendapat dalam melakukan tabulasi data.
3.
Banyaknya
warga yang pindah atau berpergian jauh sehingga menimbulkan perbedaan data
sekunder dan primer.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey di
Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat tahun 2011 tentang tugas PBL I oleh kelompok IV mengenai Kesehatan Masyarakat maka
dapat disimpulkan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan, faktor ekonomi yang
kurang mampu dimana pada sebagian besar masyarakat Desa Boro-Boro L adalah mayoritas Petani (Tani), serta minimnya kesadaran untuk berprilaku
hidup bersih dan sehat serta menjaga kesehatan kehidupannya, baik dilihat
dari kehidupan masyarakat, diri pribadi
maupun lingkungannya sehingga mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
tersebut.
Adapun permasalahan yang dihadapi
mengenai hasil survey di Desa Boro-Boro
L Kecamatan Ranomeeto Barat tahun 2011, dimana untuk
meningkatkan kesehatan derajat masyarakatnya adalah sebagai berikut:
1.
Saluran Pembuangan Air Limbah
(SPAL)
Saluran Pembuangan
Air Limbah (SPAL) yang ada di Desa Boro-Boro
L Kecamatan Ranomeeto
Barat tahun 2011 berdasarkan hasil survey, sebagian besar
masyarakatnya (mayoritas) belum mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
yang memenuhi syarat kesehatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil survey
yang menyatakan 41,9% dari 93 KK yang terdiri dari IV
dusun.
2. Tempat pembuangan sampah
Tempat pembuangan
sampah yang ada di Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat tahun 2011 masih sangat kurang sekali. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan
hasil survey yang menunjukkan bahwa sebagian besar warga membuang sampah dengan cara dibakar dengan
persentase 63,4% dari 93 KK yang terdiri dari IV
dusun.
3. Sarana Air Bersih
Sarana
air bersih yang ada di Desa Boro-Boro L kecamatan Ranomeeto Barat tahun 2011
masih sangat tidak memnuhi syarat hal ini di sebabkan sebagian besar masyarakat
Desa Boro-Boro L masih menggunakan sumur gali sebagai sarana air bersih yang
tidak memenuhi syarat dengan persentase 94,6 %.
4.2
Saran
Untuk masyarakat Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto Barat diharapakan agar peran serta masyarakat
dalam menangani masalah kesehatan perlu ditingkatkan. Disamping itu juga harus
membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat baik itu dikehidupan
bermasyarakat, diri pribadi maupun lingkungan tempat tinggal agar dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Menjaga sarana-sarana
yang mendukung terciptanya derajat kesehatan masyarakat agar tercipta
keseimbangan lingkungan kesehatan yang baik.
Untuk puskesmas Kecamatan Ranomeeto Barat hendaknya meningkatkan pelayanan kesehatan yang
prima dengan mengutamakan/menggalangkan program upaya preventif dan promotif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Untuk sektor-sektor terkait
hendaknya memberikan pembinaan agar kemandirian sosial ekonomi dan kesehatan
masyarakat Kecamatan Ranomeeto Barat
khususnya Desa Boro-Boro L
terus dapat ditingkatkan.
Untuk para eksekutif dan
yudikatif hendaknya selalu menciptakan kondisi yang mendukung terciptanya
derajat kesehatan yang optimal demi kehidupan generasi kedepan.
Lampiran
I
DAFTAR NAMA PESERTA PBL I
DESA BORO-BORO LAMEURU
KECAMATAN RANOMEETO BARAT
No Nama/ Stambuk Tanda
tangan
1.
MUH. NOER
RAMADHAN NJEDABB (F2DA 09 044) 1.
2.
NUR RIVA
(F2DA 09 043) 2.
3.
LIZNAYANTI
HARAHAP (F2DA 09 045) 3.
4.
SRI RAHAYU
EMAYANTI (F2DA 09 046) 4.
5.
WAHYU LAILAN
KADRI (F2DA 09 048) 5
6.
LINDASARI 6.
7.
RANIL
HANDAYANI 7.
8.
RISMI
RISMAWATI 8.
9.
HARTINI
SULISTIA NINGSIH 9
10.
WARTINA K (F2DA
09 094) 10.
11.
SUPARDI 11.
12.
EDI FADLI 12.
Lampiran
II
ABSEN
PESERTA PBL I
DESA
BORO-BORO LAMEURU
KECAMATAN
RANOMEETO BARAT
15 – 27
JUNI 2011
NO
|
NAMA/ NIM
|
HARI /TANGGAL
|
|||
Rabu
|
Kamis
|
Jum’at
|
Sabtu
|
||
15/06/11
|
16/06/11
|
17/06/11
|
18/06/11
|
||
1
|
Muh. Noer Ramadhan / F2DA 09 044
|
||||
2
|
Supardi/ F2DA 09 092
|
||||
3
|
Wahyu Lailan Kadri / F2DA 09 048
|
||||
4
|
Edy Fadli / F2DA 09 023
|
||||
5
|
Sri Rahayu Emayanti / F2DA 09 046
|
||||
6
|
Wartina K. / F2DA 09 094
|
||||
7
|
Rismi Rismawati / F2DA 09 053
|
||||
8
|
Nur Riva / F2DA 09 043
|
||||
9
|
Lindasari / F2DA 09 049
|
||||
10
|
Liznayanti Harahap / F2DA 09 045
|
||||
11
|
Ranil Handayani / F2DA 09 052
|
||||
12
|
Hartini Sulistia Ningsih / F2DA 09 054
|
NO
|
NAMA/ NIM
|
HARI /TANGGAL
|
|||
Minggu
|
Senin
|
Selasa
|
Rabu
|
||
19/06/11
|
20/06/11
|
21/06/11
|
22/06/11
|
||
1
|
Muh. Noer Ramadhan Njedabb/ F2DA 09 044
|
||||
2
|
Supardi/ F2DA 09 092
|
||||
3
|
Wahyu Lailan Kadri / F2DA 09 048
|
||||
4
|
Edy Fadli / F2DA 09 023
|
||||
5
|
Sri Rahayu Emayanti / F2DA 09 046
|
||||
6
|
Wartina K. / F2DA 09 094
|
||||
7
|
Rismi Rismawati / F2DA 09 053
|
||||
8
|
Nur Riva / F2DA 09 043
|
||||
9
|
Lindasari / F2DA 09 049
|
||||
10
|
Liznayanti Harahap / F2DA 09 045
|
||||
11
|
Ranil Handayani / F2DA 09 052
|
||||
12
|
Hartini Sulistia Ningsih / F2DA 09 054
|
NO
|
NAMA/ NIM
|
HARI /TANGGAL
|
||||
Kamis
|
Jumat
|
Sabtu
|
Minggu
|
Senin
|
||
23/06/11
|
24/06/11
|
25/06/11
|
26/06/11
|
27/06/11
|
||
1
|
Muh. Noer Ramadhan Njedabb/ F2DA 09 044
|
|||||
2
|
Supardi/ F2DA 09 092
|
|||||
3
|
Wahyu Lailan Kadri / F2DA 09 048
|
|||||
4
|
Edy Fadli / F2DA 09 023
|
|||||
5
|
Sri Rahayu Emayanti / F2DA 09 046
|
|||||
6
|
Wartina K. / F2DA 09 094
|
|||||
7
|
Rismi Rismawati / F2DA 09 053
|
|||||
8
|
Nur Riva / F2DA 09 043
|
|||||
9
|
Lindasari / F2DA 09 049
|
|||||
10
|
Liznayanti Harahap / F2DA 09 045
|
|||||
11
|
Ranil Handayani / F2DA 09 052
|
|||||
12
|
Hartini Sulistia Ningsih / F2DA 09 054
|
Lampiran III
STUKTUR
ORGANISASI PEMERINTAHAN
DESA
BORO-BORO LAMEURU KECAMATAN RANOMEETO BARAT
KEPALA DESA
|
TISWAN TENGIRI
|
L P M
|
MUH. TAHIR
|
B P D
|
SUMARLIN
|
SEKDES
|
NENI ATMAYANI
|
PENGUKUR TANAH
|
LUKSAN
|
KAUR TRANTIB
|
MUHTAR
|
KAUR UMUM
|
MURNI
|
KAUR PEMBANGUNAN
|
SANDIP
|
KAUR PEMERINTAHAN
|
KA JAGA HANSIP
|
PAMONG TANI
|
NASIR
|
KA DUSUN I
|
LAMAI
|
KA DUSUN II
|
BASRAN
|
KA DUSUN III
|
KA DUSUN IV
|
SAINAL
|
SAMRUDIN
|
JUMLAH RT = VIII RT (Terhitung dari Dusun I – IV)
Lampiran IV
JADWAL PROGRAM KERJA PBL I KELOMPOK
IV
DESA BORO- BORO LAMEURU
KECAMATAN RANOMEETO BARAT
15 – 27 JUNI 2011
No. Uraian
Kegiatan Waktu
1.
Penerimaan di
Kecamatan Rabu,
15/06/11
09.00
– 11.00 wita
2.
Sosialisasi
dengan masyarakat (door to door) Kamis,
16 – 19/06/11
Serta pengumpulan Data di Primer 10.00 – 20.00
wita
3.
Kunjungan Ke
Instansi – Instansi Pemerintahan/ Selasa,
20 - 21/06/11
Instansi Kesehatan 09.00
– 13.00 wita
4.
Tabulasi Data
Kamis,
22 – 21/06/11
14.00
– 21.00 wita
5.
Penentuan
Prioritas Masalah Sabtu,
25/06/11
20.00
– 22.00 wita
6.
Merumuskan
konsep – konsep Laporan Minggu,
26/06/11
15.00
– 17.00 wita
7.
Penarikan
Peserta PBL I Senin,
27/06/11
Lampiran
V
Dokumentasi Lapangan dan Pendataan
Kantor Desa, Balai Desa, Kantor LPM
|
Pengambilan Data Penduduk
|
Sampah Berserahkan, Tidak ada
SPAL
|
Sosialisasi kepada Kepala Desa
Boro-Boro L
|
Sampah Yang Bertumpuk
|
Pembuatan Struktur Kelompok IV
PBL I
|
Lampiran VI
Penentuan Prioritas Masalah Dengan
Metode MCUA
Desa Boro-Boro L Kecamatan Ranomeeto
Barat
No
|
Kriteria
|
Bobot
|
Rendahnya Kualitas Air
|
Kurangnya Pemanfaatan SPAL
|
Kurangnya Ketersediaan Jamban Keluarga
|
Kurangnya Tempat Pembuangan Sampah
|
||||
S
|
B.S
|
S
|
B.S
|
S
|
B.S
|
S
|
B.S
|
|||
1.
|
Besarnya Masalah
|
40
|
5
|
200
|
4
|
160
|
3
|
120
|
3
|
120
|
2.
|
Keseriusan Masalah
|
35
|
5
|
175
|
4
|
140
|
2
|
70
|
3
|
105
|
3.
|
Kemampuan Sumberdaya
|
15
|
5
|
75
|
4
|
60
|
2
|
30
|
2
|
30
|
4.
|
Kerawanan Politik
|
10
|
5
|
50
|
4
|
40
|
1
|
10
|
1
|
10
|
Total
|
100
|
500
|
400
|
230
|
265
|
|||||
Peringkat
|
I
|
II
|
IV
|
III
|
Keterangan
: Jumlah bobot dalam penentuan prioritas
masalah yakni sebesar 100%
Bobot
: 40 = Sangat tinggi
35 = Tinggi
15 = Sedang
10 = Rendah
Pembagian Skor dalam penentuan prioritas masalah
yakni : 1-5
Skor :
5 =
Sangat tinggi
4 = Tinggi
3 = Cukup Tinggi
2 = Rendah
1
= Sangat Rendah
Categories: